Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menulis Cerita Bersambung Ala Mak Lampir


Kalau ditanya perjalanan menulis, saya itu sering bingung jawabnya. Memulai menulis tentu saja, ya saat mulai sekolah di taman kanak-kanak. Kemudian berlanjut ke jenjang pendidikan selanjutnya. Berhubung masa kecil saya saat itu yang lagi trend sandiwara radio, jumlah televisi saat itu belum banyak, yang ada juga cuma satu saluran televisi yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI).


Waktu itu setiap sore banyak yang menunggu serial sandiwara radio. Hampir setiap rumah menyalakannya. Sandiwara radio yang sedang  ditunggu Misteri Gunung Merapi, yang berkisah tentang Mak Lampir, seorang nenek sihir dari Gunung Merapi. Dan, satu sandiwara radio yang berkisah tentang petualangan Brama Kumbara bersama Burung Rajawalinya.

Seringnya mendengar kedua sandiwara radio tersebut membuat saya juga ingin membuat cerita seperti sandiwara tersebut. Kemudian, menulislah saya di buku tulis. Jangan tanya masalah PUEBI, waktu itu yang penting nulis saja di buku. Kalau tidak salah itu saya lakukan kelas 4 atau 5 SD. Lupa waktu itu nulisnya sampai tamat atau tidak. Namanya juga anak-anak, setelah bosan menulis berganti dengan kesenangan yang lain. Dan, nasib buku cerita itu hanya untuk memenuhi lemari buku saja.

Selain itu, semenjak kecil saya suka membaca, entah itu buku pengetahuan maupun majalah anak-anak. Tapi, jangan berfikir saya berlangganan majalah anak-anak. Waktu itu saya membaca majalah anak di rumah saudara yang kebetulan berprofesi sebagai guru. Majalah BoBo dan Ananda yang tidak pernah terlewat saya baca. Dan, dari majalah anak tersebut saya mengenal beberapa sahabat pena. Waktu itu keren lagi bisa berkirim surat. Kalau sekarang yang seperti media sosial. Berlalunya waktu, lama-lama sahabat pena menghilang satu persatu, mungkin juga sudah merasakan bosan menulis surat.

Meski saya senang membaca dan menulis, tetapi saya tidak menyukai pelajaran bahasa Indonesia. Menurut saya aturan dalam Bahasa Indonesia itu terlalu banyak. Saya selalu tidak bisa membedakan antara kalimat langsung dan tidak langsung. Waktu itu saya lebih menyukai pelajaran matematika, yang menurut saya lebih jelas. Asal tahu rumus dan teliti dalam pengerjaan, pasti jawabannya benar. Alhasil, nilai matematika saya selalu di atas 90 sementara nilai bahasa Indonesianya selalu kurang dari 7.

Sampai jenjang SMA saya tetap kurang suka pelajaran Bahasa Indonesia, karena menurut saya pelajaran ini selalu membuat saya mengantuk. Tetapi tetap suka membaca entah itu buku novel di perpustakaan maupun majalah remaja.

Sampai saya lulus dan bekerja keinginan untuk menulis juga belum ada, karena waktu itu menggunakan komputer pun harus ke rental dan tidak semua rental tersambung ke internet. Jadi, pikir-pikir kalau mau ke rental komputer kalau tidak perlu sama sekali.

Kegiatan menulis saya sesungguhnya berawal saat saya bekerja di Hong Kong tahun 2011. Waktu saat membaca koran berbahasa Indonesia yang terbit di Hong Kong, saya merasa mampu menulis seperti ini. Apalagi saat saya sudah memiliki laptop dan koneksi internet juga lancar dan murah. Kemudian saya memilih bergabung dengan FLP Hong Kong. Berawal dari sini saya mulai menulis beneran dengan menulis cerpen atau opini yang dimuat di media sini, tentu saja dalam bahasa Indonesia. Pernah juga mengikuti beberapa lomba menulis dari cerpen sampai menulis skenario drama pendek. Ada yang menang, namun juga tidak sedikit yang kalah. Dari menulis waktu itu saya pernah dapat uang, buku, sertifikat dan tentunya teman-teman yang juga menyukai dunia literasi. Alhamdulillah, bisa mempunyai 4 buku Antologi bersama teman-teman. Namun, sayangnya waktu itu belum ada kepikiran untuk mengkoleksi karya yang dimuat di media.

Di tahun 2012 saya memutuskan kembali ke tanah air kemudian membuka usaha budidaya jamur tiram. Kesibukkan merintis usaha waktu itu membuat aktivitas menulis berhenti total karena berbagai alasan tidak sempatlah, capek lah dan alasan yang lain.

Namun, ternyata keinginan menulis saya itu terlalu besar, apalagi melihat teman-teman yang waktu itu sama-sama merintis menulis sudah menuai hasil.  Karena itulah tahun kemarin saya mulai ingin mengaktifkan blog yang sudah lama terbengkalai. Alhamdulillah, di awal tahun 2018 bertemu dengan ODOP yang banyak memantu saya dalam memulai kembali kegiatan menulis. Semoga, kedepan keinginan saya menulis ini benar-benar bisa terus istiqomah. Amin



#Tantangannonfiksi
#Tantanganodop
#Odopbatch5
#onedayonepost

2 komentar untuk "Menulis Cerita Bersambung Ala Mak Lampir"

  1. Mba Elin sekarang di HK atau di tanah air?
    Padahal penulis produktif ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kembali ke HK Mbak Desi, mencari tambahan modal usaha sambil memantafkan menulis...:)

      Hapus