Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Layang-Layang Darma


Suara kalem Bu Sri masih terdengar bersemangat menerangkan pelajaran matematika. Semua anak menyimak dengan tekun, terkecuali Drama. Dia nampak gelisah, sebentar-bentar melihat jarum jam di pergelangan tangan. Dudukpun dia nampak tidak tenang.

"Teng...teng...teng".

Akhirnya bel sekolah berbunyi tanda waktu pulang sekolah. Tanpa menunggu lama, Darma segera memberesi peralatan sekolahnya. Setelah selesai berdoa, dia segera melesat ke tempat parkir mengambil sepeda BMX warna biru miliknya.

Dengan penuh semangat, Darma mengayuh sepeda menuju arah barat. Berbeda arah dengan arah rumahnya yang ke selatan. Sudah tiga hari ini, setiap pulang sekolah Darma memang mampir terlebih dahulu ke tempat kakeknya.

Di rumah kakek, Darma belajar membuat layang-layang, mulai dari memilih bambu yang bagus, mengurat bambu menjadi rangka. Dan, hari ini  Darma akan memberikan kertas minyak berwarna merah putih, sesuai dengan warna bendera Indonesia.

Meski bukan penjual layang-layang, Kakek Darma memang pintar membuat layang-layang sejak dulu. Dengan belajar membuat layang-layang sendiri, Darma berharap bisa menjuarai lomba layang-layang di desanya, untuk memperingati Hari Kemerdekaan minggu depan.

Sesampai di rumah kakek, Darma meletakkan sepedanya di samping rumah. Kemudian dia bergegas menjumpai kakek yang sudah menunggunya di teras.

"Selamat siang, Kek"

"Selamat siang, Darma. Kamu masuk dulu, cuci tangan terus makan siang. Bikin layang-layangnya nanti saja."

"Iya, Kek."

Darma melangkah masuk menemui nenek yang sedang mempersiapkan makan siang untuk mereka bertiga.

"Selamat siang, Nek."

"Selamat siang, Darma. Ayo sini duduk. Kita makan dulu, biar bisa berkonsentrasi membuat layang-layang nanti."

Dengan lahap Darma makan siang, sayur lodeh bikinan nenek memang selalu lezat, berbeda dengan buatan mamanya dirumah.

Setelah makan siang, Darma dan Kakek segera merekatkan kertas minyak warna merah dan putih ke kerangka layang-layang itu. Tanpa perlu waktu lama jadilah layang-layang yang kokoh buatan Darma.
"Lihat, Darma! Layanganmu bagus sekali," ujar kakek sambil mengangkat layang-layang buatan Darma.

"Iya, bagus sekali. Doakan Darma supaya menang ya, Kek." Kakek mengangguk sambil mengelus rambut Darma.
****
Tanah lapang itu sudah penuh dengan orang-orang, dari anak-anak sampai orang tua ingin menyaksikan final lomba layang-layang memperingati Hari Kemerdekaan negara kita. Semua mata tertuju ke tengah lapangan, tempat di mana lomba layang-layang akan segera dimulai.

"Satu...dua...tiiiigaa."

Terlihat 10 layang-layang mulai naik setelah  salah satu panitia lomba menyebut angka tiga tadi. Satu diantara 10 layang-layang itu milik Darma. Yah, perjuangan Darma membuat layang-layang sendiri berbuah manis, hingga dia bisa sampai masuk final.

Kesepuluh layang-layang itu masih melayang sama gagah di angkasa, tidak ada yang bisa menebak siapa yang akan jadi juara. Namun, tiba-tiba angin bertiup lebih kencang dari sebelumnya hingga menyebabkan salah satu layang-layang robek. Hal ini tentu saja berakibat layang-layang tersebut oleng, menyambar layang-layang di dekatnya.

Dua layang-layang sudah putus terbang dibawa angin. Sekarang layang-layang yang oleng itu mulai mendekati layang-layang merah putih milik Darma. Dengan hati was-was, Darma mulai menarik ulur tali layang-layang supaya agak menjauh dari layang-layang oleng itu.

Ternyata angin malah semakin besar, yang membuat layang-layang Darma Susan dikendalikan. Sementara, layang-layang yang oleng tadi masih berputar-putar di atas. Dan, tanpa bisa dihindari layang-layang Darmapun ikut tersambar. Darma berusaha menahan tali layang-layangnya supaya kuat bergesekkan dengan tali layang-layang yang oleng tersebut. Hingga tangannya memerah, tetap saja tali itu dipegang.

"Yaaaa...,"teriakkan Darma melihat layang-layangnya putus.

Darma terduduk ditanah, tanpa terasa ada setitik air jatuh di sudut matanya, melihat layang-layangnya putus dan dibawa angin entah kemana.

"Sudah. Jangan bersedih. Kapan-kapan kita buat lagi yang lebih bagus." Suara kakek sambil menepuk-nepuk pundak Darma.

"Tapi, kek,"

"Setiap perlombaan itu pasti ada kalah dan menang. Jika saat ini kalah bukan berarti besok kamu kalah lagi, bisa jadi kamu menang. Jadi, jangan terlalu disesali kekalahan saat ini. Paling tidak saat ini kamu sudah bisa membuat layang-layang sendiri. Tahun depan jika ada perlombaan lagi kamu sudah bisa mempersiapkan diri lebih matang."

Mendengar penjelasan kakek, Darma akhirnya bisa tersenyum menerima kekalahannya kali ini. Dia bertekad tahun depan untuk mempersiapkan mengikuti lomba lebih matang lagi.


#D10
#Tantangan2
#TantanganODOP
#onedayonepost
#ODOPbatch5

6 komentar untuk "Layang-Layang Darma"