Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bukan Memaafkan yang Sulit, Namun Melupakan

Bukan Memaafkan yang Sulit, Namun Melupakan

Satu kata selain sabar dan ikhlas yang mudah diucapkan, namun sulit dilakukan adalah maaf. Tetapi, apakah benar memaafkan itu sulit atau kah melupakan yang lebih sulit?

Saya mungkin salah satu sosok yang termasuk sulit memaafkan kesalahan orang lain. Hal itu bukan tanpa sebab tentunya.

Sejak kecil kehidupan saya sangat normal, sama seperti anak kecil lainnya. Bebas bermain dan tidak dipusingkan dengan pekerjaan rumah. Untuk sandang pangan cukup, meskipun tidak berlebih. Namun, tidak secara batiniah. 

Saya sering melihat bapak berkata kasar terhadap ibu. Meskipun tidak sampai memukul ibu, tetapi kata-kata kasar yang diucapkan membuat saya ikut sakit hati mendengarnya. Ditambah lagi beliau suka sekali membanting barang yang ada disekitarnya jika sedang marah, mulai dari piring, gelas dan perabotan lainnya.

Saya selalu bertanya dalam hati, kenapa ibu tidak melawan bapak. Dan hanya diam lalu menangis saja kala bapak sedang marah. Hal inilah yang mungkin membuat saya tidak terlalu dekat dengan bapak. Bahkan cenderung membencinya. Dan saya bertekad untuk menjadi pribadi yang kuat tidak seperti ibu yang hanya menerima kemarahan bapak.

Hingga saya menikah, perlahan saya mulai menyadari kalau sikap kasar bapak tersebut mungkin diakibatkan dari kerasnya kehidupan yang sudah beliau jalani. Beliau lahir di keluarga sederhana dengan jumlah saudara yang banyak. Hingga bapak harus ikut salah satu saudara dekatnya. 

Tak berhenti disitu, awal pernikahan orang tua saya, bapak tidak mempunyai apa-apa. Tetapi, beliau rela kerja keras demi memenuhi kebutuhan keluarga. Dari sana saya mulai menyadari alasan sifat keras dan kakunya bapak. Bukan berarti membenarkan tindakkannya. Saya hanya berharap itu tidak dilakukan oleh suami dan anak-anak saya kelak ke isterinya.

Bukan Memaafkan yang Sulit, Namun Melupakan

Bukan Memaafkan yang Sulit, namun Melupakan

Saya sebenarnya orang cuek dengan masalah orang lain. Jarang bertanya atau membahas masalah orang lain. Baru kalau saya dimintai pertimbangan, saya akan memberi saran. Tetapi, kalau tidak ada orang yang cerita, saya jarang berusaha mencari tahu.

Hal yang berbeda, jika saat saya menaruh kepercayaan kepada orang lain, Tetapi, orang tersebut mengkhianati saya. Maka, saya akan merasa sakit hati yang luar biasa. 

Saya punya sedikit cerita tentang bukan memaafkan yang sulit, namun melupakan apa yang pernah diperbuatnya kepada saya itu yang sulit.

Dulu saya mempunyai teman yang cukup akrab di masa sekolah. Sering jalan berdua atau bersama dengan teman lainnya. Sampai lulus kuliah semua masih aman-aman saja. Kami mulai menjauh karena urusan keluarga masing-masing, kemudian masuk dunia kerja bersamaan.

Masalah kecil mulai muncul dan saat itu saya mulai sadar kalau selama ini dia hanya memanfaatkan keberadaan saya saja. Hal ini juga disampaikan oleh teman yang lain. Kalau dia hanya akan datang saat butuh saja, sementara kalau tidak butuh, dia tidak akan pernah ada diantara teman-teman.

Mulai terjadi masalah tersebut, kami terpisah begitu saja. Sekian tahun berlalu, dia tidak pernah menemui saya. Dan saya pun juga tidak pernah berusaha mencarinya. Untuk apa berteman dengan orang yang hanya memanfaatkan diri kita saja. Yang ada kita capek dan sakit hati saja.

Beberapa waktu lalu secara kebetulan saya melihat sahabat saya tersebut di media sosial. Kondisi ekonominya tidak sebaik dulu saat sebelum menikah. Melihat hal tersebut, kemudian saya melihat diri saya sendiri. Dan, kondisi saya ternyata jauh lebih baik dari dia.

Ternyata jalan takdir telah menentukan nasib kami masing-masing. Yang terlihat mudah dan enak belum tentu akan begitu terus selamanya. Saya bersyukur mampu melalui semua ujian hidup dan mampu hidup jauh lebih baik dari sebelumnya.

Saya mungkin sudah memaafkan apa yang telah dia lakukan, tetapi akan sulit melupakan apa yang sudah diperbuatnya. Karena setiap mengingatnya, pikiran saya selalu tertuju pada perbuatannya. 

Saat ini saya berusaha berdamai dengan keadaan, untuk tidak mengingatnya lagi. Memaafkan segala yang sudah terjadi di antara kami. Dan tentu saja melupakan kejadian lalu. 

Memaafkan bukan berarti kalah, tetapi melegakan


Apakah saya baru memaafkan sahabat saya baru-baru ini, setelah mengetahui keadaannya? Tentu saja tidak, sebenarnya saya sudah cukup lama memaafkan nya tanpa kami harus bertemu.

Toh, semarah apa pun saya, tidak akan mengembalikan keadaan yang sudah terjadi. Ibarat kata piring yang pecah, meskipun bisa disambung, pasti akan terlihat celahnya. Begitu lah prinsip saya. Untuk apa membuang waktu dan pikiran untuk hal-hal yang tidak perlu. Lebih baik, kita mencari peluang terbaik supaya kita bisa lebih berkembang.

Bagi saya saat ini, hal-hal semacam itu ibarat batu kerikil dalam kehidupan. Tergantung bagaimana kita menyingkapi kerikil tersebut. Menganggap besar atau kecil. Cukup mengambil pelajaran dari semua yang sudah terjadi kepada kita untuk berhati-hati ke depan dalam menjalin pertemanan dengan orang lain. Tidak perlu terlalu dekat, biasa-biasa dan sewajarnya saja. Karena jika kita terlalu dekat dengan orang maka ketika salah satu pihak mengkhianati persahabatan. Rasanya sakit luar biasa. Ibarat luka, namun tak berdarah.

Tips mudah memaafkan 

1. Menyadari bahwa setiap orang pernah melakukan kesalahan.

Di dunia ini tidak ada yang sempurna, hanya Allah SWT yang Maha sempurna. Manusia adalah tempatnya salah dan dosa. Maka, sangatlah wajar jika manusia sering melakukan kesalahan. 

Saat kita berbuat salah terhadap orang lain, tentu hal yang kita harapkan adalah kata maaf mereka. Sama halnya dengan orang yang berbuat salah kepada kita, juga berharap kata maaf dari kita. 

Untuk itu saling memaafkan adalah langkah terbaik untuk menyelesaikan permasalahan. Sehingga masing-masing pribadi bisa kembali melanjutkan kehidupan masing-masing tanpa terbebani pepermasalahan.

2. Biarkan kejadian yang lalu berlalu

Kejadian yang sudah berlalu tidak mungkin bisa diulang kembali. Walaupun kita menangis darah, tetap tidak akan merubah keadaannya.

Kita hanya bisa menjadikan pengalaman kejadian tersebut, supaya tidak tidak terulang lagi di masa depan.

3. Terus terang dengan apa yang dirasakan

Jangan pendam semua hanya dalam hati. Karena jika hanya tersimpan dalam hati, bisa saja itu akan meledak setiap saat.

Jujurlah dengan apa yang kita rasakan saat ini. Berusaha mencari tahu kenapa seseorang menyakiti kita. Karena bisa saja orang yang berbuat salah kepada kita terkena hasutan orang lain yang memang tidak menyukai kita.

4. Ingat kebaikan orang yang beberbuasapah

Kesalahan dan kebaikan itu seolah berjalan beriringan. Jadi, meskipun seseorang pernah berbuat salah kepada kita, tentunya bukan berarti dia tidak pernah baik kepada kita.

Jadi, sebelum menyimpan dendam terlalu lama, coba ingat-ingat kembali kebaikan orang sudah berbuat salah kepada kita. Dengan mengingat kebaikan tersebut, kata maaf dari kita akan mudah terucapkan.

5. Menghapus dendam

Tak ada gunanya menyimpang dendam dalam hati. Bisa-bisa nanti akan tumbuh jerawat (bercanda…). Karena menyimpan dendam itu membutuhkan pikiran dan tenaga.

Lebih baiknya pikiran dan tenaga tersebut digunakan untuk merancang masa depan yang lebih baik.

Ternyata memang bukan memaafkan yang sulit, namun melupakan itu yang jauh lebih sulit. Meskipun sulit melupakan, dengan berjalannya waktu kita akan mendapatkan pelajaran dari kejadian tersebut.


#YukNgeblogLagi 

#NgeblogAsyikBarengKEB 

Bukan Memaafkan yang Sulit, Namun Melupakan






2 komentar untuk "Bukan Memaafkan yang Sulit, Namun Melupakan"

  1. Untuk bisa memaafkan apalagi bagi sesuatu yang menyakitkan itu butuh proses panjang, belum lagi untuk bs mengambil hikmah dari setiap kejadian diperlukan hati yang lapang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mbak, memang butuh waktu panjang untuk mendapatkan hikmahnya. Dan, dari kejadian tersebut saya mendapat pelajaran supaya jangan terlalu baik terhadap orang lain, karena kalau sudah sakit hati sulit untuk melupakan.

      Hapus