Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Diary Sebagai Media Mencurahkan Perasaan sekaligus Belajar Menulis

Diary Sebagai Media Mencurahkan Perasaan sekaligus Belajar Menulis


Bicara tentang Diary, anak muda pasti tahu ya. Saya pun dahulu juga mempunyainya. Kalau tidak salah semenjak SMP, tepatnya mulai kelas berapa lupa.

Pada masa itu, mungkin juga sampai sekarang ya, design diary itu imut-imut dan keten- keren lho. Ada yang bergambar kartun romantis ada yang bergambar bunga. Warnanya pun sangat beragam, mulai dari pink, biru, hijau, pokoknya yang memenuhi selera anak muda yang suka trendy namun romantis.

Bentuk diary seperti umumnya buku tulis biasanya lebih kecil dari ukuran buku tulis biasa. Tujuannya sih supaya lebih mudah saat dibawa ke mana-mana. Kalau saya dulu memilih diary yang ada kunci gemboknya, supaya apa yang ditulis tidak dibaca orang lain. Tentu saja termasuk orang tua dilarang membaca.

Apa yang ditulis di Diary

Kalau ditanya apa yang ditulis di diary waktu itu tentu saja banyak hal ya. Namanya anak muda pasti mempunyai keresahan yang mungkin sulit diungkapkan pada orang lain, baik itu pada orang tua maupun pada sahabat. Jadi, saya memilih menulis apa yang rasakan seperti kesal atau marah sama suatu hal, naksir seseorang tapi orangnya cuek saja atau juga sebaliknya ditaksir orang tapi saya tidak suka. Hal-hal receh tersebut pada masa muda itu sesuatu banget lho. Jadi membutuhkan media untuk mencurahkan apa yang dirasakan. Meskipun itu ditulis sendiri dan dibaca sendiri, pada akhirnya juga bisa menjadi suatu kenangan yang tak terlupakan.

Kenapa Memilih Menulis di Diary

Dulu itu tidak seperti sekarang ya, dimana internet sudah merata. Informasi saja sangat sulit didapat, hanya dari stasiun televisi dan radio. Koran dahulu ada, tapi yang berlangganan hanya orang-orang tertentu saja dan instansi. Untuk itulah guru-guru di masa itu menyarankan murid-muridnya untuk memiliki diary, sebagai media untuk mencurahkan perasaan dan sebagai media untuk belajar menulis.

Di banding buku tulis biasa, diary lebih privasi, apalagi yang ada kuncinya. Sehingga kemungkinan isinya untuk dibaca orang sangat kecil. Kita bisa menulis apa pun yang kita rasakan. Seperti rasa marah dan benci, menyesali perbuatan yang tidak baik.

Meskipun hanya kita sendiri yang tahu apa isi dari diari kita, tapi dengan memiliki diari ada banyak manfaat yang bisa kita ambil. Misalnya pada waktu tertentu kita menulis tentang kemarahan kita pada seorang sahabat karena merasa dibohongi. Seiring waktu ternyata apa yang kita tulis itu suatu kesalahan karena apa yang dilakukan sahabat kita tersebut ternyata mempunyai tujuan baik. Dengan, membaca kembali tulisaan kita yang ada di diary, akan membantu diri kita sendiri untuk belajar menjadi lebih baik.

Diary di Era Digital

Masihkah diary yang dulu dipakai sewaktu remaja? Sudah tidak ada wujudnya, karena sebelum menikah saya memutuskan untuk menutup semua cerita masa lalu dan membuka langkah awal dengan suami. Jadi, memilih menghilangkannya. Setelah menikah, masih memiliki catatan sih, tetapi catatan pemasukan dan pengeluaran keluarga. 

Di Era digital saat ini tentu lebih mudah untuk menuangkan perasaan melalui tulisan karena banyak media yang bisa digunakan. Mulai dari note, google doc, word, bisa juga melalaui media sosial seperti face book, Instagram, blog dan media sosial lain. Untuk kerahasian kita juga tinggal menggatur privasi dari tulisan kita, bisa dibaca untuk umum atau hanya kita pribadi yang membacanya.

Diary Sebagai Media Belajar Menulis

Disadari atau tidak kemampuan menulis saya mungkin memang berawal dari menulis di diary di waktu lampau. Dengan terbiasa menulis, saya jadi terbiasa menuangkan segala apa yang dirasakan di hati dalam bentuk tulisan.

Kebiasan menulis itulah yang membuat saya menyukai dunia menulis hingga saat ini dan itu juga sangat membantu saya dalam membuat tulisan dengan story tellling. Karena sudah terbiasa bercerita sebelumnya di dalam diary.

Tentu saja saat ini untuk isi blog dan media sosial saya tidak berisi semata-mata perasaan saja. Tetapi, banyak hal yang dapat saya tuliskan dalam media sosial. Sedapat mungkin saat ini saya menulis yang ada manfaatnya baik untuk diri sendiri maupun orang lain. 

Nah itu tadi pengalaman saya tentang manfaat Diary Sebagai Media Mencurahkan Perasaan sekaligus Belajar Menulis. Apa pun pekerjaan yang kita lakukan asal ditekuni suatu saat pasti akan ada hasilnya.




1 komentar untuk "Diary Sebagai Media Mencurahkan Perasaan sekaligus Belajar Menulis "

  1. kalau masa mudanya hobi nulis, ketemu platform blog gini, pasti gatal pengen nulis ya mbak :D

    BalasHapus