Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Resensi Buku Secercah Cahaya di Langit Seruni

Secercah Cahaya di Langit Seruni


“Eundemonia menurut Aristoteles adalah kebahagiaan yang tidak kosong. Tidak hilang. Hakiki. Darimana datangnya? Kebermaknaan.”

Pernahkah sesekali bertanya kepada diri sendiri, apa sebenarnya tujuan hidup kita. Apakah sekedar mengejar kebahagian duniawi saja. Atau perlukah mencari kebahagiaan batiniah yang terkadang tidak terlihat. Bahkan, dipandang sebelah mata oleh sebagian orang.

Makna bahagia bagi setiap orang memang berbeda. Ada yang merasa bahagia dengan segala apa yang dimiliki, baik kekayaan, keluarga atau jabatannya. Tetapi, ada juga yang merasa tidak bahagia, merasa hidupnya kosong dengan apa yang dimiliki. Karena, dalam hati mereka memendam mimpi bisa memberi manfaat bagi lingkungan dan masyarakat di sekitarnya.

Enam belas kisah yang ditulis dalam buku Secercah Cahaya di Langit Seruni ini bercerita tentang orang-orang yang mencari kebahagian dengan cara memberi kebermanfaatan bagi orang lain di lingkungan sekitar mereka.

Kisah pertama dalam buku ini bercerita tentang komunitas BBM atau Barang Bekas Manfaat yang didirikan pada bulan Oktober 2011 di Mushola Almalik, Kebon Jeruk, Jakarta Barat oleh Ustadz Ismeidas Makfiansah.

Komunitas ini berbasis amal dengan system kerjanya mengumpulkan barang-barang yang sudah tidak berguna, jarang dipakai (bagi sebagian orang) dari para donator. Kemudian BBM akan menyalurkan barang-barang yang terkumpul tersebut kepada orang yang membutuhkan. Barang-barang bekas manfaat yang pernah diterima dari para donator berupa televisi, sepeda, kipas angin, buku dan barang bekas manfaat lainnya.

Mereka yang bekerja di komunitas BBM secara sukarela tidak ada gaji. Mereka secara ikhlas membantu kelancaraan komunitas. Mereka hanya berharap keberkahan dari apa yang yang telah dilakukan. Program lain dari komunitas ini ada pemberian beasiswa bagi anak tidak mampu, menyediakan rumah singgah dan program sosial lainnya.

“Sesuatu yang menakjubkan Ketika relawan BBM menjemput barang bekas. Seseorang memberikan logam mulia seberat 10 gram. Padahal rumahnya kecil dan berada di dalam gang sempit.”

Kisah selanjutnya tentang bank sampah yang dikelola oleh ibu Miftahul Jannah dari Lombok terpilih menjadi judul buku antologi ini. Hal ini bermula dari keprihatinan bu Miftah terhadap banyaknya sampah yang berada di sekitar rumahnya. Beliau berfikir bagaimana mengelola sampah-sampah tersebut supaya tidak menumpuk dan mencemari lingkungan

Kemudian beliau tergerak untuk memilah sampah-sampah tersebut berdasarkan jenisnya. Selain itu juga beliau aktif mengikuti pelatihan membuat kerajinan dari sampah. Meskipun harus membayar mahal untuk mengikuti pelatihan tersebut. Namun, beliau tidak sayang, karena ilmu yang didapat tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.

“Selain itu, ia juga rajin mengikuti Bimtek yang diadakan pemerintah terkait pengelolaan sampah. Sehingga dengan ilmu yang sudah didapatkan Bu Miftah berani mempatenkan bank sampah miliknya dengan nama “Bank Sampah Bintang Seruni.”

Bu Miftah tidak hanya mengumpulkan sampah dari masyarakat sekitar saja. Tetapi, beliau juga mengajari masyarakat sekitar ketrampilan membuat kerajian tangan dari sampah. Meskipun, kegiatan ini kurang berhasil karena kurangnya minat dari masyarakat sekitar. Namun, hal itu tidak menyurutkan lsemangat  bu Miftah untuk mengolah sampah. Harapan beliau kedepannya adalah bisa memiliki sekolah alam. Semoga harapan beliau terwujud. Aamiin.

Masih ada empat belas kisah penuh makna lainnya di buku ini. Dari buku ini kita bisa mengambil hikmah tentang kehidupan. Sudah seberapa bermanfaat hidup kita bagi orang-orang lain.


Judul buku: Secercah Cahaya di Langit Seruni

Penulis: Odop 5 

ISBN: 978-602-53216-7-2

Penerbit: Mandiri Jaya Publishing

Tebal: 156 


Repost Tulisan ini pernah di muat di ngodop.com bulan Desember 2021 dengan judul Mencari Endemonia dalam Kehidupan.

Posting Komentar untuk "Resensi Buku Secercah Cahaya di Langit Seruni "