Utang demi Gengsi, Akhirnya Menderita Sendiri
Uang memang
bukan segalanya dalam kehidupan ini. Tapi, dengan uang kita bisa berbuat banyak
hal. Termasuk untuk memenuhi segala kebutuhan hidup juga butuh uang. Dalam pengelolaan keuangan harus dilakukan dengan cermat. Supaya tidak terjebak gaya hidup yang tidak sehat. Jangan sampai terjebak utang demi gengsi, akhirnya menderita sendiri.
Ada seorang
saudara yang berprofesi sebagai ASN sudah puluhan tahun. Mungkin gaji
perbulannya lebih dari lima juta. Punya tanah juga yang ditanami padi. Tetapi, anehnya setiap tanggal sepuluh ke
atas dia sudah bingung cari utangan ke sana kemari. Untuk biaya hidup sampai
awal bulan lagi. Dan, ini sudah berlangsung bertahun-tahun lamanya.
Kenapa hal
tersebut bisa terjadi bertahun-tahun? Alasannya sih simple saja, yaitu kurang
bisa mengatur keuangan. Dimana jumlah pengeluaran lebih besar dari pemasukkan. Saudara saya
tersebut orangnya suka mengunakan uang untuk keperluan yang tidak penting.
Seperti membeli motor baru dengan kredit, padahal montor lama masih bagus.
Dengan
banyaknya jenis angsuran yang harus dilakukan saudara saya setiap bulan, tentu akan membuat gaji yang diterima
pun semakin sedikit. Padahal, kebutuhan pokok, seperti makan, anak sekolah
tidak bisa ditunda. Dan, hanya bisa dicukupi dari gaji. Ketika gaji tidak
cukup, yang dilakukan adalah utang. Bayar awal bulan, pertengahan bulan utang
lagi. Begitu seterusnya, bukannya utang berkurang tetapi akan semakin
bertambah.
Sebenarnya semua
saudara sudah mengingatkannya, supaya berhenti berhutang. Dengan cara menjual
asetnya untuk menutupi semua utangnya. Namun, ternyata hal tersebut tidak juga
dilakukan. Bahkan utangnya semakin menumpuk di mana-mana. Padahal usianya sudah diatas 50 tahun. Entah, sampai pensiun uang gajinya bisa menutupi utangnya tidak.
Kejadian yang
menimpa saudara saya tersebut, tentu bukan satu-satunya di negara kita. Saya yakin masih banyak yang terjebak dengan pola hidup gali
lobang tutup lobang. Utang demi gengsi, demi bisa terlihat wah di hadapan orang
lain. Padahal hal tersebut akan membuat diri kita menderita sendiri.
Tentunya kita tidak ingin terjebak dalam hutang yang tidak berkesudahan seperti di atas. Untuk itulah perlu menerapkan pengaturan financial secara benar dan disiplin.
Berikut ini pengaturan financial, supaya tidak terjebak utang yang berkepanjangan
1. Bergayalah sesuai isi dompetmu
Sering kan kita mendengar, "bergaya lah sesuai isi dompetmu". Kalimat sederhana ini sebenarnya mengingatkan kita supaya hidup sederhana. Antara penghasilan dengan pengeluaran seimbang.
Jangan sampai demi gengsi, kita mengeluarkan semua uang yang ada di dompet atau bahkan berhutang pada orang lain. Jika, hal itu terjadi dan dilakukan secara terus menerus, yang ada utang akan semakin menumpuk.
2. Membelanjakan uang sesuai kebutuhan
Kebutuhan dan keinginan itu berbeda. Berbelanja sesuai kebutuhan merupakan salah satu cara bijak dalam pengelolaan financial.
Kebutuhan adalah sesuatu yang memang perlu kita butuhkan dan harus kita beli, misalnya makan, peralatan sekolah, peralatan mandi dan lain sebagainya.
Sementara keinginan adalah sesuatu yang ingin kita miliki, tetapi jarang digunakan. Membeli karena keinginan merupakan salah satu factor banyaknya barang menumpuk di rumah.
Sedapat mungkin kita harus bisa mengendalikan keinginan untuk membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan. Dan mengedepankan membeli barang yang dibutuhkan. Supaya, kondisi keuangan kita tidak lebih besar pengeluaran dari pada penghasilan.
3. Menghentikan pola gali lubang tutup lobang
Kebutuhan financial setiap orang memang berbeda-beda. Ada kalanya kita memang memerlukan banyak sekali uang dan ternyata kondisi keuangan sedang minim. Mau tidak mau untuk memenuhi kebutuhan tersebut kita harus berhutang.
Berhutang bukannya tidak boleh. Tetapi, berhutanglah kalau memang sudah benar-benar terpaksa. Dan, segeralah melunasi utang tersebut dengan menyisihkan dari penghasilan.
Hindari melunasi utang dengan meminjam uang dari orang lain. Istilahnya gali lobang tutup lobang. Hal ini bukannya menyelesaikan masalah, tetapi akan menimbulkan masalah baru. Seperti yang dialami oleh saudara saya diatas. Utang bukannya berkurang malah semakin bertambah.
4. Ingat hidup kita tidak hanya hari ini
Kebutuhan tiap orang memang berbeda-beda. Namun, jika kita mampu menyeimbangkan antara pendapatan dan engeluaran serta menjauhi gaya hidup berlebihan. Tentu, kita tidak perlu meminjam uang. Apalagi utang. demi gengsi, akhirnya menderita sendiri.
Posting Komentar untuk "Utang demi Gengsi, Akhirnya Menderita Sendiri"
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar. Insya Allah saya akan berkunjung balik. Bila berkenan bisa saling follow aku media sosial saya yang lain.