Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Setiap Anak Istimewa, jangan Bandingkan dengan yang Lain

Setiap anak istimewa


Mempunyai dua anak laki-laki dengan tingkat keaktifan di atas rata-rata itu menyenangkan, sekaligus harus siap dengan hati. Tapi, yakinlah bahwa Setiap Anak Istimewa, jadi jangan bandingkan dengan yang lain.

Bagi saya pribadi, kenakalan anak itu biasa selama masih dalam wajar. Seperti banyak gerak, tidak mau diam, sering jajan, bagi saya itu biasa saja. Nanti, kalau sudah besar pasti akan berkurang sendiri. Namun, bagi orang lain, anak yang terlalu aktif itu sering disebut anak nak*l, penc*lakan dan sebutan lainnya.

Seperti anak saya yang pertama juga sangat aktif dimasa kecilnya. Suka meniru berbagai atraksi dan hobi membeli mainan. Setiap ke luar rumah pasti ada saja yang diminta. Dari aneka mainan yang dipunyainya tersebut membuatnya tertarik untuk bongkar pasang mainan. Saya hanya membiarkannya saja, karena bagi saya pribadi itu untuk melatih kreatifitas anak. Ya memang setiap Anak istimewa. Ada yang anteng saja, ada yang aktif luar biasa. Bagaimana pun keadaannya, mereka adalah anak-anak kita yang harus senantiasa kita dampingi

Oh ya, teman-teman yang saat ini memiliki anak kelas 12, tentunya sedang bersiap merapatkan ikat pinggang dan kepala karena anak-anaknya sedang bersiap masuk perguruan tinggi. Ada yang sudah tersenyum bahagia karena anaknya sudah diterima di PTN melalui jalur prestasi. Namun, tak sedikit pula yang masih deg-deg an menanti pelaksanaan tes UTBK bulan depan.

Alhamdulillah, saya sudah mengalaminya tahun lalu (2021). Menjelang anak saya kelas 12, saya bertanya kepadanya, tentang rencana setelah lulus SMU. Dia menjawab ingin kuliah di luar kota Madiun. Saya hanya mengiyakan saja, asal di PTN.

Menjelang pendaftaran SMPTN, saya kembali bertanya tujuan anak saya kuliah. Dan, dia menjawab ingin kuliah di Solo atau Malang. Saya iyakan, asal di PTN dan masuk melalui jalur seleksi. Tidak perlu memaksakan diri masuk PTN melalui jalur mandiri yang harus membayar uang pangkal puluhan juta(waktu itu uang pangkal minimal jurusan yang dipilih anak saya sekitar 40 juta), apalagi masuk PTS di kota tersebut. Lebih baik kamu kuliah di sekitar Madiun, sehingga tiap hari bisa pulang dan uang pangkalnya bisa kamu gunakan untuk belajar usaha( waktu saya bilang begitu belum ada gambaran jenis usaha apa).

Pernyataan saya tersebut tentu saja bukan berarti tidak mendukung keinginan anak tetapi tentu dengan berbagai pertimbangan. Nilai akademis anak saya biasa saja, peringkatnya naik turun di angka 50 besar di kelas IPS. Dan, dia memiliki kekurangan di mata pelajaran eksata, padahal mata pelajaran tersebut merupakan pondasi dasar di jurusan yang dia pilih. 

Dengan nilai yang bisa dibilang pas-pasan tersebut, mungkin saja bisa masuk melalui jalur mandiri. Ya dengan kosekuensi membayar uang pangkal yang lumayan mahal. Yang saya pikirkan bukan saat masuk. Tetapi kelanjutannya nanti. Di saat teman-temannya yang nilai akademisinya lebih tinggi bisa mengambil sks lebih banyak, otomatis mereka cepat lulus. Sementara anak saya yang nilainya pas-pasan harus berjuang keras supaya bisa lulus. Dan, tentu semangat untuk kuliah di masa ini sudah menurun drastis, karena teman-temannya sudah lulus sementara dia belum.

Belum lagi ketika lulus nanti, masih harus ke sana kemari membawa surat lamaran kerja untuk mencari pekerjaan. Berbeda halnya ketika saat dia kuliah dan sudah memiliki usaha entah itu apa. Saat dia lulus kuliah dan ijazahnya belum bisa terpakai untuk mencari pekerjaan, dia sudah memiliki penghasilan. Dan, saat dia sudah lulus nanti, saya juga membebaskan dia, terserah mau meneruskan usaha yang dia rintis atau memilih berkarir di bidang lain.

Meskipun anak saya memiliki kekurangan di nilai akademis, tetapi dia memiliki keunggulan di bidang elektronik dan mesin. Karena kebetulan kakak saya membuka bengkel di rumah. Sehingga, kedua bidang tersebut seolah seperti makanan sehari-hari. 

Sewaktu anak saya kelas 9, dia sudah mampu mengatasi turun (mudun) mesin sendiri(istilah mesin motor yang harus diturunkam dari rangkanya). Hanya ketika dia tidak mengetahui, baru bertanya kepada kakak saya. Tetapi, yang mengerjakan semua tetap anak saya.

Ketika kelas 12, saat wabah corona mulai merebak dan sekolah mulai PJJ ((Pembelajaran jarak jauh), dia mulai rajin di bengkel. Jadi, waktu pagi dia PJJ dan sorenya membantu di bengkel. Padahal sebelumnya dia membantu pun semaunya sendiri. Mulai saat itu juga sama kakak saya, dia sudah diserahi pekerjaaan yang rumit-rumit, seperti merangkai kabel (biasanya untuk montor modifikasi, setelan kabelnya harus dirubah semuanya, supaya terlihat rapi dan itu perlu ketelitian). Selain itu, dia juga diserahi tugas untuk belanja keperluan  bengkel di kota Madiun.

Pada akhirnya anak saya tidak diterima di PTN dan dia kuliah di wilayah Madiun saja. Jadi, tiap hari pulang. Sehingga aktivitasnya seperti biasanya kuliah dan dibengkel.

Dengan bertambahnya pertemanan anak saya baik offline maupun online, membuat dia mempunyai banyak teman. Sehingga banyak teman-temannya mempercayakan motornya untuk dia servis. Dan, semakin lama jumlah servisan motor dari teman-temannya bertambah.





Pada awalnya dia memosting hasil servisannya di medsos hanya sebagai hiburan saja. Pada awalnya dia menjalankan toko online temannya yang menjual knalpot. Alhamdulillah ada juga yang membeli. 

Entah mulai dari mana dia akhirnya memilih membuka jasa servis karburator dan juga menyediakan karburator serta kelengkapannya. Semakin lama semakin banyak permintaan yang masuk, anak saya meminta sedikit modal pada saya. Supaya bisa membeli dagangan dengan harga grosir. Saat saya tawarkan lebih banyak, dia bilang tidak usah karena baru merintis. Dan, Alhamdulillah meski baru berjalan sekitar 4 bulanan, usahanya lancar dan setiap hari bisa closing.

Setiap anak istimewa


By the way, jika teman-teman ada yang membutuhkan karburator atau ingin service karburator bisa dm langsung Mantri Karbu dengan cara klik link di bio Instagram. Biar bisa terhubung langsung dengan anak saya di Shopee atau whatsaap. Yang dekat seputar Madiun  selatan bisa langsung merapat ke rumah, karena sudah ada Google map nya juga. 

Untuk pembelian karburator tanpa setting atau jarum sontek (jarum ini buatan anak saya sendiri)  bisa langsung dikirim. Sementara untuk servisan karbu atau pembelian karburator termasuk setting biasa melalui sistem antri. Jika, antrian lebih 20 biasanya ditutup. Hal ini bertujuan supaya tidak terlalu menumpuk garapan. Serta konsumen tidak terlalu lama menunggu. Karena urusan karbutor memang hanya dia sendiri yang menangani. Proses servisan juga tidak bisa hanya dikerjakan dirumah karena juga 

Jadi, teman-teman, jika nanti anak-anaknya tidak diterima di PTN atau sekolah favorit  jangan terlalu kecewa, masih banyak perguruan tinggi dan sekolah lain. Juga tidak perlu memarahi anak. Saya yakin mereka sudah berusaha semaksimal mungkin supaya bisa di terima di PTN. 

Yakinlah bahwa setiap Anak Istimewa, dibalik kekurangannya, pasti ada kelebihannya. Tidak perlu juga mebandingkan anak yang satu dengan yang Lain. Tugas kita sebagai orang tua yaitu mendampingi dan mengarahkan mereka, supaya anak-anak kita bisa mandiri baik lahir dan batin.


Posting Komentar untuk "Setiap Anak Istimewa, jangan Bandingkan dengan yang Lain"