Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

[Resensi Novel] Si Anak Badai



Si Anak Badai adalah judul salah satu novel karya Tere Liye. Saya senang dengan karya-karya dari novelis ini karena alur ceritanya sederhana  bisa dinikmati semua golongan dari anak maupun dewasa.



Judul Novel: Si Anak Badai

Penulis: Tere Liye

Halaman: 304

Penerbit: Republika




"Ini ambillah semuaa, heh!" Ia menghamburkann begitu banyak uang. Teman-temanku berteriak heboh. Kami seperti berada ditengah hujan uang logam. Aku( Za) tertegun melihat orang yang melempar uang baru saja. Muka orang itu hampir sama dengan muka bajak laut yang akan merampas kampung kami dalam mimpinya tadi.



Tere Liye dalam novelnya selain mengajarkan sesuatu juga terkadang berisi tentang kritikan terhadap suatu masalah dalam kehidupan. Seperti cerita dalam novel Si anak Badai ini juga mengangkat tentang korupsi suatu proyek rekayasa. Meskipun ini hanya cerita fiksi, namun dalam kehidupan nyata praktek korupsi negara kita memang sangat menyedihkan.

Si Anak Badai bercerita tentang empat anak yang tinggal di Menowa yaitu Za, Ode, Malim dan Awang. Kampung mereka berada di muara sungai besar yang menjadi perlintasan kapal-kapal berhuluan dari desa atau kota-kota selanjutnya. Kegiatan mereka setiap hari minggu sore atau tanggal merah adalah menunggu penumpang kapal  melemparkan uang. Dan mereka beserta anak-anak kampung lain akan berlomba untuk mendapatkan uang tersebut dengan cara menyelam.

Novel karya Tere Liye yang lain adalah Kau, Aku dan sepucuk angpao merah

Kampung mereka sangat damai, kerukunan antar penduduk sangat terjaga meskipun profisi mereka berbeda-beda. Namun, kenyamanan penduduk kampung mulai terusik dengan adanya rencana pembangunan dermaga besar yang bisa menampung banyak kapal-kapal besar. 

Pembangunan dermaga tersebut mendapat tantangan dari penduduk kampung. Sebab mereka tidak pernah diajak berdiskusi untuk pembangunannya. Salah satu orang yang menentang keras pembangunan dermaga adalah Pak Kapten. Seorang yang cukup disegani di kampung Manowa.

Pada saat warga masih berunding mengenai ganti rugi dan lahan untuk relokasi kampung. Tiba-tiba alat-alat besar untuk pembangunan dermaga mulai berdatangan. Dari sana diketahui kalau kontur tanah tidak mendukung untuk pembangunan dermaga.

Si Anak Badai mengajarkan kita tentang arti sahabat sejati. Ketika salah satu teman mereka ada yang ingin berhenti sekolah. Maka, teman yang lain berusaha dengan berbagai cara untuk mengajak kembali ke sekolah.

Untuk kamu yang mudah putus asa dengan masalah yang sedang dihadapi, maka buku ini layak kamu baca. Karena buku ini mengajarkan pada kita bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.



3 komentar untuk "[Resensi Novel] Si Anak Badai"

  1. Wah tere liye .. aku juga suka penulis ini. Tapi sekarang sedihnya udah jarang baca bukuu :(( Beli beli aja ga sempet bacanyaa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ternyata kita sama-sama penggemar tere liye. Disempatin bacanya mbak Laili, kasihan bukunya..:-)

      Hapus